Mengapa Data Statistik Diasumsikan Normal
Bagi para peneliti, seperti
kalangan mahasiswa jurusan tertentu saat mengerjakan tugas akhir, sering
dihadapkan pada analisis yang menggunakan beberapa metode statistik. Untuk memecahkan
beberapa masalah tertentu terkadang kita memerlukan beberapa asumsi agar mampu
memecahan masalah yang sedang diteliti, seperti mengestimasi parameter, dan lain-lain.
Hal yang paling umum dilakukan
dalam menganalisis suatu masalah dengan metode statistik yaitu uji kenormalan. Sering
kali kita harus mengasumsikan data tersebut mengikuti distribusi normal. Mengapa
demikian?
Kita mengasumsikan normal, karena
pada umumnya fenomena atau kejadian dunia ini mengikuti sebaran/distribusi
normal. Sehingga, dalam mengesimasi parameter fenomena/kejadian tersebut kita
mendekatinya dengan pengujian asumsi normalitas.
Namun demikian, banyak orang yang
terlalu memaksakan kondisi suatu objek penelitian harus berdistribusi normal. Itu
adalah pandangan yang keliru. Asumsi distribusi normal hanyalah sarana untuk
mencapai tujuan penelitian. Hanya saja alat-alat statistik yang umum dan banyak
dikenal oleh para peneliti memerlukan asumsi kenormalan tersebut.
Saat data suatu penelitian tidak
mengikuti distribusi normal, maka hal yang pertama yang bisa dilakukan yaitu
mengidentifikasi penyebab dari ketidaknormalan tersebut. Selama penyebab
ketidaknormalan tersebut dapat diatasi, maka penelitian dapat dilanjutkan
menggunakan alat statistik yang mensyaratkan data yang berdistribusi normal. Namun,
jika tidak, maka silakan menggunakan alat statistik lain yang tidak
mensyaratkan data harus berdistribusi normal.
Alat-alat statistik yang tidak
mensyaratkan data yang berdistribusi normal dapat dibaca pada tulisan saya
berikutnya.